“berapa cabe merah seperempat,
nande?”
“enam ribu, nakku”
“yang mahalan lah. nggak bisa dua
ribu?”
“bisa rupanya kam tawar kopi yang
kam minum di situ biar sama kayak di warkop?”
saya tersenyum ketika ibu-ibu
penjual cabe di pasar tradisional menunjuk ke kaos yang dipakai si pembeli
(yang dugaanku adalah anak kuliah).
tawar menawar dalam jual beli itu
adalah hal yang wajar. yang tidak wajar adalah ketika kita bersikeras menawar
harga serendah-rendahnya di pasar tradisional, padahal saat ngopi di kafe kita
melakukan hal yang serupa meski harga kopinya sama dengan harga tiga bungkus
nasi padang.
bertindak
bijak pada orang sekitar kita adalah cerminan kita mendidik generasi mendatang.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer