masih dalam hitungan bulan, saya kehilangan seorang
sepupu saya... ramadhan kali ini saya (kembali) harus kehilangan seseorang yang
saya sayangi dari lingkungan keluarga.
tante, yang biasa saya panggil ibu, pergi
mendahului saya dan keluarga menjelang dikumandangkannya azan ashar sebagai
penanda pergantian hari. sebuah berita yang membuat saya hampir kehabisan nafas
saat mendengarnya.
ibu adalah sosok periang yang mampu mengubah
suasana menjadi penuh canda tawa dengan kehadirannya pada setiap pertemuan
keluarga. ibu mampu men-cover hampir semua cerita sedih yang biasa turut hadir
di sela-sela percakapan dalam pertemuan keluarga. ibu yang ceria selalu punya
keoptimisan yang bisa di bagi saat menasehati kami – anak-anak dan keponakannya
– yang kerap kali membuat pusing para orang tua kami. ibu sebagai seorang guru
selalu berhasil menenangkan hati kami ketika para orang tua menolak pendapat
kami. karena itu rasa kehilangan akan beliau begitu kuat menyelimuti kami,
terutama saya.
sampai saat ini kekaguman saya terhadap sosok ibu
takkan pernah habis. saya selalu menerima fakta bergaris tebal bahwa setiap
manusia punya masalah, tapi ibu berhasil mengajarkan saya bahwa ketegaran
adalah sesuatu yang harus saya miliki saat menghadapi masalah selain tersenyum
dan tertawa sebagai obat paling mujarab seberat apapun masalah yang sedang kita
hadapi. selama ini canda tidak pernah lepas dari bibir ibu setiap kali kami
bertemu. selalu saja ada bahan candaan yang bisa membuat kami tertawa dan
melupakan sejenak beban hidup kami. satu hal yang tidak akan pernah bisa saya
lupakan.
ibu merupakan motor dalam keluarga besar kami.
beliau kaya akan ide-ide segar sebagai akibat kesupelannya dalam pergaulan. ada
saja hal-hal (terutama makanan) unik yang disampaikannya dan membuat kami
tergugah untuk mencoba. sosoknya yang mampu membagi tugas tanpa harus memerintah
kepada kami semua setiap kali ada hajatan dalam keluarga besar kami. she’s the leader, yang tanpanya
keberadaan keluarga besar kami seperti sayur tanpa garam. hambar. meski begitu saya
berharap semoga setelah kepergian ibu hari ini, keluarga besar kami tetap bisa
bergandengan tangan menyusuri hari.
kematian memang sesuatu yang pasti. saya tak ingin
menangis, tapi apa lah daya yang bisa saya lakukan ketika air mata itu jatuh
sendiri. bukan dipaksa melainkan karena begitu besarnya rasa kehilangan yang
saya terima. ini salah saya, yang begitu manja sampai sebegitu sulit menerima
kenyataan bahwa saya harus bisa mandiri setelah ibu pergi.
merindukan ibu adalah satu hal yang lain lagi, tapi
pagi ini... saya siap mencoba untuk berbesar hati. melapangkan dada dan
mengikhlaskan kepergian ibu agar beliau bisa berjalan tenang dalam kedamaian
abadi.
bukankah
rasa sayang saya pada ibu harus dibuktikan dengan keikhlasan melepas beliau ke
Yang Maha Memiliki?!
innalillahi
wa innailaihi rojiun...
selamat jalan, ibu... peluk sayang dari keponakanmu
yang keras kepala ini.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer