Personal Data

Foto Saya
aL dhimas
put the word in: uncommon
Lihat profil lengkapku

waiting for godot... waiting for hope...

Jumat, 13 April 2012 | Label: | 1 komentar

susah tidur. kemarin malam aku membaca waiting for godot a.k.a ‘hadiah kecil’ dari mr. razali kasim di mata kuliah sastra kontemporer dulu (damn! u make me so in love with this work, sir!).

karya sastra yang satu ini – entah kenapa – terasa begitu istimewa buatku. ada sesuatu (ya, begitulah syahrini berkata) di karya ini yaitu setiap kali dibaca menghasilkan sesuatu (ya, lagi-lagi syahrini!) yang berbeda.

dulu pada saat kuliah, aku mungkin menjadi satu-satunya karya ini begitu gelap dan kelam. point of view-ku yang memang suka nggak biasa ini menelaah kalo karya ini berisi total soal perpisahan. bukan pertemuan dua gelandangan atau slave/master yang tertangkap sudut pandangku, tapi perpisahan mereka lah yang lebih mengena. suram banget keliatannya. dan di kesimpulan akhir aku menyimpulkan, godot yang mereka tunggu adalah kematian, yang pasti datang tapi entah kapan sesuai dengan apa yang disampaikan si pembawa pesan.

sekali waktu, setelah selesai kuliah, aku justru menangkap yang lain dari karya yang aslinya ditulis dalam bahasa perancis ini. takdir. adegan dimana salah satu gelandangan memerintahkan sang master menyuruh slave-nya bernyanyi seperti menyadarkan kalo sesuatu (ah, syahrini... syahrini...) akan terjadi pada waktunya. seperti takdir. tidak kurang tidak lebih. takdir datang tepat waktu. dan dalam sekejap, godot berubah menjadi takdir. yang (tetap) pasti datang tanpa kita tahu kapan, hanya ya... pasti. istilahnya kalo jodoh, nggak akan kemana – beugh, apa pula ini?! –.

pernah juga sedikit relijius saat membaca karya sastra yang paling populer di hampir seluruh angkatan. aku melihat semuanya berhubungan dengan waktu. ya, pertemuan dua gelandangan, pertemuan mereka dengan slave/master itu, ya... semuanya berhubungan dengan waktu. kesimpulanku jatuh pada godot itu waktu. sesuatu (aih... syahrini lagi!) yang dinanti – atau barangkali menghantui – banyak orang.  dan tanpa sebab pasti, aku menganalogikan waktu sebagai tuhan. kebanyakan orang berharap pada waktu, sebagaimana dua gelandangan itu berharap pada godot.

lalu kemarin malam, untuk pertama kalinya, aku menemukan optimisme di karya ini. aku melihat godot adalah sebuah harapan. for god’s sake, mungkin karena suasana hati dan juga suasana sunyi senyap membuat pikiran jadi lebih jernih. segetir apapun kehidupan dua gelandangan itu, mereka tetap punya sebuah harapan akan kehidupan mereka. entah bakal terwujud atau tidak tapi harapan itu tetap ada. menunggu godot. menunggu harapan.

dan aku merasakan dingin usai membaca tulisan samuel beckett ini. karya sastra selalu merupakan pencerminan kehidupan manusia. selalu ada pesan yang disampaikan. di sini. di karya sastra yang membantuku mencintai karya sastra lainnya, ada pesan manis yang disampaikan.

mungkin kita merasa begitu banyak masalah dalam kehidupan kita. tak pernah ada kebahagiaan disana. seperti sebuah terowongan gelap berliku-liku. begitu suram dan tak berwarna.

source: kaskus.us

tapi percayalah, kita selalu punya harapan untuk bahagia. sekecil atau mungkin se-absurd apapun, harapan selalu ada. jangan pernah putus harapan. jangan pernah padamkan keinginan untuk bahagia. seperti analogi terowongan tadi, ada seberkas cahaya yang menanti di ujung terowongan.

so, jangan bersedih lagi.


p.s: next time, aku bakal bahas puisi favorit soal harapan pas zaman kuliah dulu.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
  1. baru baca novel om yang flavor of love,novelnya kereeeeeen , bahasa nya gak ribet .hehehehe, salam kenal om :)